11/19/2008

perkereta apian saat ini oleh maulana mukti

CORO 01 November 2008
Sebenarnya malu sekali saya mengemukakan hal ini. Malu karena begitu banyak kesalahan yang terjadi, dengan sengaja atau tidak. Dengan terus terang atau sembunyi-sembunyi. Kalau kali ini kami harus terus-terang mengutarakan uneg-uneg kami, sesungguhnya ada beberapa hal. Pertama baru saja manusia melakukan ritual puasa, dilanjutkan ruang untuk mengucapkan permintaan maaf.
Nah kesempatan kali ini, sungguh tak kami lewatkan begitu saja, meski rahasia ini harus terbuka diketahui. Setidaknya kami sudah mulai berkata jujur. Kalau akhir-akhir ini ada banyak penumpang kereta api yang naik tanpa tiket, itu antara lain perbuatan kami. Jujur. Ini bukan masalah ekonomi sehingga kami melakukan perbuatan hina dengan tidak membeli tiket. Juga bukan masalah antri, melainkan kekhawatiran kami kalau hal itu kami lakukan malah membuat orang menyingkir. Kelak, Anda akan tahu kenapa bisa begitu.
Kalau ada beberapa penumpang yang tiba-tiba menjerit melihat tampang kami, atau membuang makanan yang disajikan oleh kru restorasi, karena melihat kami di sana, itu jelas perbuatan kami. Maaf, sekali lagi dan tolong beri kami waktu untuk menjelaskan semua ini sehingga tidak muncul fitnah, salah persepsi atau salah duga, sehingga di lain waktu kita -siapa tahu- bisa saling menghormati. Dan Anda bisa nyaman duduk di kereta api, tanpa gangguan kami. Lewat surat yang kami titipkan ke redaksi majalah ini, mudah-mudahan bisa membuat segalanya menjadi jernih.
Saya biasa dipanggil dengan sebutan Coro alias Kecoa. Bagi beberapa orang, kami memang tidak disukai dan dijauhi. Kami tak pernah marah atau protes. Kehadiran kami di kereta api sebenarnya semenjak tahun 1970 ketika di gerbong kereta api terdapat restorasi. Kami melihat peluang, tatkala para pengelola restorasi mulai ceroboh dengan membuang sisa makanan sembarangan, atau menempatkan piring kotor di tempat yang kotor juga, sehingga mengundang selera kami. Terlebih ketika mereka menempatkan makanan-makanan yang akan dibawa ke atas kereta api bercampur dengan barang-barang pecah belah yang membuat kami mudah untuk menyelinap di antara tumpukan barang dan makanan tak beraturan itu. Ini awal kami mengenal kereta api dan mulai kerasan di sana.
Rekan-rekan kami bertambah banyak dari kelompok lain yang ikut meramaikan kereta api mengingat toilet di kereta rata-rata juga tidak bersih. Orang sembarangan mengeluarkan sesuatu di toilet, sementara air sering tak tersedia atau habis dibuang penumpang sendiri. Itulah, saat-saat kami menjadi penumpang gelap di kereta api bercampur dengan penumpang gelap lain yang bekerja sama dengan kondektur agar bisa naik kereta api tanpa mengeluarkan uang lebih. Kami tak ikut campur melihat semua itu, hanya kalau dikatakan kami juga ikut menoreh tabiat buruk penumpang kambing (sebutan penumpang kereta api tanpa tiket). Sesungguhnya kami tak ikut merusak moral kondektur. Sumpah!
Karena bangsa kami makin lama-makin banyak menyerbu kereta api, beberapa golongan elit kami pun berpikir untuk merambah wilayah lain, dari pada berdesak-desakan di sana. Masalahnya di KA eksekutif segalanya serba bagus, bersih dan teratur sehingga kami tak tertarik. Peluang itu baru terbuka, ketika tahun 1976 tatkala pengelola restorasi dan OTC (Petugas Kebersihan Di Atas Kereta) mulai teledor dan jorok, saat itulah kami mulai melirik ke sana. Sampai kejadian-kejadian menghebohkan terjadi, kami ada di piring dan makanan penumpang, hilir mudik di gerbong atau hinggap di gelas penumpang. Untuk itulah kami minta maaf!
Kejadian pertama menurut catatan kami adalah hari Jumat tahun 1977, ketika seorang penumpang perempuan berteriak saat membuka tutup makanan karena ada teman kami berada di sana sedang berjalan-jalan di antara tumpukan nasi dan lauk. Kami mohon maaf telah membuat perempuan itu ketakutan dan nafasnya terengah-engah. Tapi teman kami sendiri, jatuh tertimbun ayam goreng dalam keadaan terlentang. Anda tahu, hal yang paling ditakuti bangsa Kecoa adalah posisi terlentang. Karena dalam posisi seperti itu kami tak berdaya dan tinggal menanti kematian saja. Untung karena petugas segera membersihkan tumpahan makanan itu, teman kami yang sudah 3 menit terlentang, bisa lari kembali menyelamatkan diri dari amukan, meski sampai sekarang dia stress di tempat peristirahatan.
Sekalian curhat, nasib kami, dulu ada seorang Wasi dari Yogya menggeledah gerbong, sebelum kereta berangkat. Tak lama dia memerintahkan kami untuk difumigasi (disemprot dengan asap) sampai kami nyaris habis. Beruntunglah, perempuan-perempuan kami pada saat itu sedang di darat karena hamil tua dan sedang pesta pora sisa-sisa makanan yang dibuang sembarangan di Stasiun Manggarai. Sehingga muncul bayi-bayi coro ribuan yang kemudian memenuhi kuota di gerbong kereta eksekutif. Lagi-lagi berkat kejorokan, keteledoran orang-orang di restorasi dan OTC yang sebenarnya tidak peduli benar dengan kebersihan, sehingga menguntungkan kami untuk naik ke atas kereta lagi.
Pernah dalam tiga bulan kami memutuskan untuk tidak naik kereta eksekutif karena ada razia serangga dengan tindakan mengontrol kebersihan restorasi, gerbong dan toilet. Kami benar-benar mati kutu karena begitu banyak petugas yang memelototi kami dan kebersihan yang mereka terapkan. Kalau kami muncul sebentar saja untuk melihat situasi, injakan, gebukan serta lemparan sepatu menimpa kami terus.
Beruntung kami termasuk mahluk yang tahan banting. Kadang meski dilempar, diinjek, kami pura-pura tak berdaya. Begitu mereka lemah, kami bangun kembali. Yang kami kuatirkan cuma satu; jangan sampai kami terlentang! Sungguh mengerikan! Kaki-kaki kami ada di atas menggapai-gapai dan punggung kami ada di bawah dengan kepala dan sungut yang sulit digerakkan. Semua isi kepala seakan keluar, terjadi serangan migrain, kepala berdenyut pusing luar biasa dan mata merem-melek, nafas tersengal-sengal bahkan termehek-mehek menunggu ajal tiba.
Begitulah nasib dan penderitaan kami dan keberadaan kami di KA eksekutif. Lewat surat terbuka ini, kami mohon maaf kalau Anda membenci kami, jijik kepada kami. Namun kami tak kuasa menolak undangan dari ”rekanan” kami di restorasi dan OTC yang memberi peluang kepada kami ramai-ramai menyatu dengan penumpang.
Dan kami berjanji tak akan lagi masuk ke dalam kereta api jika di sana para karyawan restorasi menjaga kebersihan, tidak menaruh makanan sembarangan atau menyimpan makanan yang basi atau bau menyengat. Atau juga dari penumpang kereta api jika tidak meletakkan sisa makanan sembarangan di lantai. Maupun karyawan OTC yang menjaga kebersihan gerbong dan toilet.
Percayalah, bangsa coro atau kecoa macam kami ini justru takut dengan kebersihan dan hal-hal yang bersifat rapi. Tak ada sisa makanan, tak ada yang jorok. Lalu apa yang mesti kami makan? Selebih itu, jangan salahkan kami, kalau kami tetap berada di kereta api dan ”mengganggu” bisnis PT KA dan membuat penumpang jijik. Itu sudah alami kami. Setidaknya Anda semua sudah tahulah.
Terakhir, sebenarnya kami ingin mengucapkan terima kasih teramat sangat dengan cara datang sendiri ke penjaga kolom ini, bersalaman atau saling cium pipi, tapi kami khawatir dia malah akan lari terbirit-birit menjauhi kami. Nuwun, Koordinator Kecoa KA Eksekutif – Coro.







Community

ForumRailfans

1 komentar: